Selasa, 28 Juni 2016

Ku Delete Kamu Karena Dia



Sore hari di bulan Ramadhan tahun 1437 H, Humaira duduk termenung bersandar pada sebuah pohon rindang di lembang kota kembang Bandung, hatinya terpaut pada sebuah bayangan yang membuat dia mengingat masa lalunya yang “Suram”. Detik demi detik, bayangan itu semakin dalam, semakin dalam menusuk hatinya yang lembut tanpa noda (Kenapa saya bilang tanpa noda? Karena Humaira abis hapalan & baca Qur’an) , seketika akhwat itu (Humaira) hanyut dalam sebuah keadaan dan dia semakin menyelami kenangan masa lalu.

Dia dilahirkan dari seorang ayah yang berprofesi sebagai tukang ojeg, dan ibu yang berprofesi sebagai tukang buruh cuci pakaian (Sekitar tahun 2004, bayarannya 3K per jolang cucian). Dia adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Saat itu (2004) dia berumur 8 tahun, adik nya bernama Dini berumur 7 tahun, Devi 5 tahun dan si jagoan Setia berumur 4 tahun. Dulu, mereka tinggal di kampung bengkuang Kab. Bekasi.

Meraka tinggal di rumah kontrakan yang kecil dan lingkungan yang kumuh. Tetangga pun tidak mendukung mereka untuk tumbuh menjadi seorang mujahidah Islam. Setiap hari, setelah pulang sekolah, Humaira bekerja membantu pekerjaan Ibunya sebagai buruh cuci pakaian, Dini mengasuh Devi dan Setia yang masih kecil.

Namun, 2 tahun kemudian (Tahun 2006) ketika Humaira berumur 10 tahun, lingkungan sekitar rumah mengubah Humaira menjadi anak yang kurang sopan kepada kedua orang tuanya,  ia sering main dan pulang malam dengan membawa sisa – sisa makanan orang, mencuri tomat di kampung sebelah, dan menjualnya kepada para PSK (Pekerja Seks Komersial) di dekat jembatan 4. 

Humaira semakin tumbuh dewasa, kini ia sudah berumur 15 tahun, namun kedewasaannya tidak membuat dia menemukan apa yang seharusnya dia tuju, apa visi misi hidup dia, apa peran dia sebagai manusia, dan apa saja potensi – potensi manusia yang telah Allah berikan. Humaira malah focus pada kegiatan pacaran, nonton dangdut di tempat hajatan, nonton layar tencep di kampung sebelah, dan bahkan berteman dengan seorang pengedar narkoba di kampungnya. 

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, saat umurnya sudah menginjak 17 tahun, ayah humaira meninggal dunia karena kanker paru – paru yang menggerogoti tubuhnya. Sang Ibu kekurangan uang karena pemasukan berkurang. Akhirnya ada kenalan bos ibu humaira yang membutuhkan tenaga untuk membantu pekerjaan rumah tangganya di bandung. Dengan berat hati, humaira pindah ke bandung dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga, dia putus sekolah.

Di Bandung, dia menemukan keluarga baru, keluarga yang paham akan Islam, keluarga yang mengajarkannya untuk berhijab, mereka mengajarkan bahwa dia harus berislam yang benar (Bukan hanya Islam di KTP). Hari demi hari, dia semakin paham bahwa Islam adalah agama yang selamat, Islam adalah ketika kita berserah diri pada Allah, rela dan ridha di atur oleh aturan Allah SWT saja sang Raja manusia.

Dalam sujud panjangnya di atas sajadah, dia berjanji akan menghapus kebiasaan masa lalunya, dia akan menghapus segala sifat – sifat yang tidak mencerminkan seorang Muslim, dia akan menghapus hal – hal yang tidak dibenarkan oleh AlQur’an yang menjadi pedoman hidupnya saat ini dan seterusnya. Dikesunyian malam, dia memandang foto – foto masa lalunya dan mengucapkan : “Ku Delete Kamu Karena Dia”, aku hapus kelakuan burukku karena Allah, ku hapus masa laluku yang merugikan, ku hapus masa laluku yang suram, ku hapus ketidak tahuan ku tentang Islam, ku hapus segala keaibanku selama ini.

Sambil melihat bintang, humaira memikirkan keluarganya dan dia berjanji akan menjadi lebih baik lagi, teringat sebuah kajian Islam yang mengajarkan bahwa tujuan manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Q.S Adz-Dzaariyaat: 56)

“Katakanlah: “Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (Q.S Al-An’aam: 162)

Sekali lagi humaira berdo’a : “Ya Allah, terimalah hijrahku, sempurnakanlan aqidahku, tetapkanlah hatiku pada Islam yang benar, jadikanlah langkahku ini langkah yang mencerminkan akhlak yang baik dan benar, sampaikanlah hati ini pada hati – hati yang ingin hanya engkaulah satu satunya Rabb, engkaulah satu satunya Illah, engkaulah satu – satunya raja, dan Islam lah satu satunya system hidup yang benar.

Hujan pun turun, dan mengagetkan lamunan humaira yang sedang duduk dan bersandar di pohon yang rindang itu. Bisiknya : “Ya Rabb, bantulah aku untuk selalu konsisten dan tetap di jalan ini, karena setelah hijrah, ada istiqomah yang harus kita pertahankan”

*Selamat Datang Masa Depan Bahagia







Minggu, 26 Juni 2016

Rembulanku Pergi

Sore itu, angin berhembus dengan kencang, burung bernyanyi menyairkan musik klasik. Hidupku hampa meski itu tak seharusnya terjadi.
 
Mawar memang selalu berduri, begitupun hidupku, dan hidupmu.
Tebing yang curam dan tinggi tak dapat ku panjat, langit yang biru tak dapat ku raih. Dan takdir dariNya tak bisa ku rubah.

Bunda, kanker itu datang lagi. 
Mengapa harus Bundaku? Mengapa harus bundaku yang merasakan sakit ini? Mengapa begitu banyak sel sel kanker yang berada di tubuh Bundaku? Payudara, getah bening, tulang, hingga ke paru – paru.
Rembulanku, kau selalu menyinari hidupku. Bahkan ujung jemariku pun bersaksi bahwa kau lah penerang jalanku, kaulah mercusuar langkah hidupku.
Rembulanku, kini kau telah pergi. Kau pergi dengan takdir, kau pergi membawa segudang kenangan yang kau hujani pada kami.
Biarlah semua ini terjadi padamu, ikhlaslah, semoga surga menantimu


Rembulanku, do’aku menyertaimu

Jumat, 24 Juni 2016

Motivator Kecil

Ga tau kenapa akhir2 ini rada males ngapa2in, tugas numpuk, kerjaan numpuk, pikiran juga numpuk :'(. ‪#‎Eh‬. Tapiii, Allah kasih karunia, kemarin sore saya dipertemukan dengan seorang bocah (Tsailaah bocah) yg mengisi semangat sy, knp sy bilang bocah? Yups, karena dia masih duduk di kursi kls 3 SD. Ada yg bisa nebak dia lagi ngapain? Dia lagi jualan buah jeruk yang jumlahnya tuh ga sesuai sama tubuhnya yang kecil.

& Akhirnya terjadilah percakapan bocah tersebut dengan seorang mojang Bandung yg menginformasikan bahwa dia adalah anak ketiga dari 5 bersaudara, dia masih kls 3 SD, menjalankan shaum, dan yang pasti dia Lillah membantu perkembangan ekonomi keluarganya.

Didaerah rumah saya, beberapa anak seumuran dia tuh lagi asik asiknya main badminton, emprak gunung, main karet, ikut kuliah subuh, tahfidz, dll. Tapi hatinya sangat lembut serta saya melihat ketulusan dari mata yang bening dan bercahaya.

Mungkin Sebagai closing statement. Sahabat, bersyukurlah karena kau telah diberikan kemudahan oleh Allah SWT, bersyukurlah dengan waktu luang yang ada, gunakan dengan sebaik baiknya, bekerjalah dengan keras, tuntas, mawas, Ikhlas, karena tak ada seorang pun yang mencapai kesuksesannya tanpa kerja keras. Karena bukan saatnya kita mengeluh pada masalah, pekerjaan, maupun pikiran, rubahlah itu semua menjadi motivasi untuk masa depan yang Bahagia.

‪#‎Semangat‬ Jihad Di Bulan Romadhon Sahabaat
24 Juni 2016
 *Diambil dari status tahun lalu